SMA Negeri 5 Semarang
penuh sejarah, aset kota Semarang
Kiri : Sekolah Cina , Kanan : SMA N 5 Semarang #tahun 2014
[sumber : http://semarangkota.com/04/dahulu-jalan-bodjong-sekarang-jalan-pemuda/]
Lahir di Komplek Kepolisian
Tahun 1964, waktu itu jumlah SMA Negeri di Semarang baru ada empat sekolah. SMA swasta pun jumlahnya masih sedikit. Padahal jumlah siswa SMP yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi cukup banyak. Sedangkan untuk membuka SMA baru sangat berat karena kondisi masyarakat, bansa, dan negara Indonesia dalam kondisi yang memprihatinkan. Untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok saja, masyarakat mengalami kesulitan apalagi membiayai pendidikan atau mendirikan lembaga pendidikan
Dalam
kondisi sesulit apapun anak-anak harus tetap sekolah. Tekad dan semangat yang
tumbuh di masa itu. Ini terbukti dengan adanya kepedulian sebagian
masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan Candi Baru. Mereka
merasa terpanggil untuk ikut bertanggung jawab terhadap pendidikan
masa depan generasi muda. Seperti Notaris R.M. Soeprapto, Moh. Tony,
Fahmi, dan Sunaryo.
Kesadaran
bahwa generasi muda adalah kekuatan pembangunan di masa depan dan hanya
dengan kecerdasan mereka dapat berbuat sesuatu bagi bangsa dan
negaranya, maka langkah selanjutnya adalah menggalang kerjasama dengan
Perwakilan P & K Provinsi Jawa Tengah sekarang (Kantor Dinas
Pendidkkan dan Kebudayaan). Tepat pada tanggal 1 Agustus 1964 berdirilah SMA
Negeri 5 Semarang, dan Drs. Muh. Sahid ditunjuk sebagai Kepala Sekolah.
Pendirian
SMA Negeri 5 Semarang di masa sulit membawa konsekuensi yang sangat
berat, karena belum mempunyai bangunan sekolah, tenaga pengajar
banyak yang tidak proporsional serta tenaga tata usaha sangat terbatas. Tingginya
kesadaran masyarakat tentang perlunya pendidikan mendorong berbagai
pihak untuk segera mewujudkan terselenggaranya proses belajar
mengajar di SMA Negeri 5 Semarang.
Dihadapkan
situasi yang serba sulit untuk mencari tempat, ada instansi berbaik hati, yaitu
POLRI dengan meminjamkan beberapa lokal PUSDIK POLRI untuk
dijadikan kelas dan ruang kantor, walaupun letaknya terpencar. Akhirnya
Perwakilan P & K Provinsi Jawa Tengah membantu berupa
peminjaman tenaga pengajar dan staf tata usaha dari Sekolah
Pendidikan Guru (SPG) Negeri Semarang, dengan satu-satunya guru
tetap adalah kepala sekolah. Sedangkan biaya operasional
penyelenggaraan pendidikan ditanggung oleh Persatuan Orang
Tua Murid dan Guru (PMOG), dengan pengurus harian antara lain R.M.
Suprapto, Moh. Tony, Fahmi, dan Sunarjo.
Dengan
keterbatasan itulah, justru melahirkan kekompakan dan semangat
kebersamaan di antara guru dan siswa. Ini terlihat pada tingginya sense
of belonging (rasa memiliki) dari para siswa yang tercermin dalam proses
pembelajaran yang tertib dan lancar. Semua dilaksanakan
dengan bertanggung jawab dan penuh rasa bangga.
Setelah
melihat perkembangan yang semakin baik, maka SMA 5 Semarang dipindahkan
menjadi satu kampus dengan SPG Negeri Semarang di Kagok Jalan Sultan
Agung Semarang (sekarang untuk SMA dan AKS Kartini), dengan menempati 6
lokal/kelas.
Satu kampus
untuk dua sekolah tidak menimbulkan masalah, bahkan dilihat dari segi
administratif maupun proses belajar mengajar dapat dikatakan efektif.
Penyatuan kampus ini secara psikologis berpengaruh terhadap etos
kerja para tenaga pengajar dan staf tata usaha. Demikian pula para
siswa, suasana sekolah yang tidak berada dalam komplek kepolisian,
merasa lebih bebas untuk mengembangkan kreatifitasnya.
Waktu terus
berjalan dan seiring dengan perkembangan SMA Negeri 5 Semarang yang cukup
membanggakan, maka guru dan para pengurus PMOG dituntut mampu
mengatasi permasalahan yang akan muncul pada tahun ketiga
ajaran baru, yaitu kebutuhan penambahan lokal. Jika
permasalahan ini selalu muncul di setiap tahun ajaran baru, kapan
SMA Nageri 5 Semarang dapat memiliki kampus sendiri.
Keinginan
ini sulit diwujudkan, karena bersamaan dengan tahun meletusnya
peristiwa G 30 S kondisi ekonomi dan sosial masyarakat sangat
memprihatinkan. Keinginan untuk dapat memiliki gedung sekolah sendiri
dalam jangka waktu dekat semakin jauh dari angan-angan.
Perjuangan Memiliki Kampus Sendiri
Dengan
keberhasilan pemerintah menumpas Gerakan 30 September, lalu disitalah beberapa
aset yang dimiliki oleh PKI, seperti gedung sekolah. Dengan sigap
para pengelola SMA Negeri 5 Semarang mengajukan permohonan kepada
pemerintah untuk memanfaatkan gedung bekas sekolah “ Wha Ing”
di jalan Pemuda yang ditutup karena keterlibantan para pengelolanya dalam
Pemberontakan G 30 S.
Permohonan
itu ditolak karena gedung bekas sekolah “Wha Ing” akan dipergunakan
oleh IKIP Negeri Semarang (sekarang Universitas Negeri Semarang). Ditolaknya
pemohonan tersebut tidak membuat para guru dan staf tata usaha serta
pengurus PMOG dan siswa menjadi patah arang. Justru sebaliknya malah menambah
besar semangat mereka dalam berjuang.
Pada tanggal
20 Januari 1966, para guru, Staf Tata Usaha dan seluruh siswa dengan
mengenakan pakaian serba putih berjalan kaki dari Candi mendatangi
kantor Perwakilan P& K (yang waktu itu berada di Jalan Ki Mangunsankoro),
kembali mengajukan permohonanya. Unjuk rasa yang dilakukan secara damai
ini ditanggapi dengan baik oleh Perwakilan P& K waktu itu (Slamet).
Setelah bernegosiasi
dihasilkan beberapa butir kesepakatan anatara lain:
- permohonan SMA 5 Semarang dikabulkan,
- untuk sementara diizinkan menempati 6 lokal,
- kebutuhan lokal tahun pelajaran baru akan ditinjau lebih lanjut.
Keputusan
itu diterima dengan sukacita oleh segenap guru, staf TU, pengurus PMOC
terlebih-lebih para siswa SMA Negeri 5 Semarang. Atas dasar itulah, maka pada
tanggal 23 Januari 1966 dilakukan kerja bakti membersihkan ruangan yang
akan ditempati. Sejak saat pula, penyelenggaraan belajar-mengajar SMA
Negeri 5 Semarang berlangsung di bekas sekolah “Wha Ing”
bersama dengan IKIP Negeri Semarang dan proses belajar-mengajar berjalan
dengan normal.
Waktu terus
bergulir, tidak terasa kenaikan kelas telah tiba dan tahun
pelajaran barupun berlangsung. Dengan hanya mempunyai 6 lokal, terpaksa
pembelajaran dilakukan dengan cara bergiliran dalam penggunaan ruangan
kelas.
Selanjutnya
pada bulan September 1966, pihak SMA Negeri 5 Semarang mengajukan
permohonan lisan maupun tertulis kepada IKIP Negeri Semarang untuk dapat
menggunakan 3 lokal yang kosong. Permohonan ditolak oleh pihak IKIP. Karena
didorong oleh kebutuhan dan keinginan yang mendesak agar kegiatan
pembelajaran bisa berjalan dengan lancar, maka secara paksa lokal kosong
tersebut diduduki oleh siswa SMA Negeri 5 Semarang untuk dipakai sebagai kelas.
Akibatnya
ketegangan pun terjadi terutama antara siswa SMA Negeri 5 Semarang
dengan pihak IKIP Negeri Semarang. Masing-masing mempertahankan untuk
saling menduduki. Setiap malam para siswa bergantian berjaga-jaga. Satu
hal yang patut disyukuri, walaupun konflik antara siswa SMA Negeri 5
Semarang dengan mahasiswa IKIP Negeri Semarang cukup mencekam, namun bentrokan
fisik dapat dihindari.
Dalam upaya
menyelesaian konflik tersebut, maka tanggal 1 Desember 1966 KODIM memanggil
Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Semarang, Drs. Muh. Sahid dan pihak IKIP
Negeri Semarang untuk dimintai keterangan. Debat adu argumentasi antara
kedua belah pihak yang bersengketa berlangsung seru dan
masing-masing mengeluarkan dokumen untuk mendukung argumentasi.
Penyelesaian
konflik ini, SMA Negeri 5 Semarang berada dalam pihak yang diuntungkan,
karena diizinkan secara resmi menggunakan tiga lokal tersebut.
Dengan dimilikinya tiga lokal tambahan, maka proses pembelajaran
semakin berjalan tertib, lancar, dan aman.
SMA Negeri 5
Semarang sebagai Pilot PPSP di Jawa Tengah
Pada tahun
1971 SMA Negeri 5 Semarang sebagai satu-satunya sekolah di Jawa
Tengah yang menjadi Pilot Proyek Perintis Sekolah Pembangunan
(PPSP). Sebagai pilot PPSP, di sekolah ini berlangsung pendidikan 11
tahun. Artinya sejak saat itu SMA Negeri 5 Semarang juga
menyelenggarakan pendidikan secara terpadu dan berkseinambungan,
sejak dari SD, SMP hingga SMA. Sejak saat itu pula, bekas sekolah “Wha Ing” di
jalan Pemuda, bangunan dan semua isinya, seratus persen menjadi kampus
SMA Negeri 5 Semarang.
Nama-nama
Kepala SMA Negeri 5 Semarang
No.
|
Nama
Kepala Sekolah
|
Masa
Jabatan
|
1
|
Drs. H.
Muhammad Sahid
|
1964 –
1974
|
2
|
Drs.
Samekto
|
1974 –
1988
|
3
|
Drs.
Soeramto
|
1988 –
1994
|
4
|
Drs. H. M.
Cholil Saleh
|
1994 –
1995
|
5
|
Drs. H. M.
Toha Makawi
|
1995 –
1997
|
6
|
Drs. T.
Budhi Prayitno
|
1997 –
2000
|
7
|
Drs. L.
Sunoto, M.Pd.
|
6 bulan
(PJS)
|
8
|
Drs. H.
Ken Endar Supardjo
|
2000 –
2002
|
9
|
Drs. H.
Purwandi, M.Pd.
|
2002 –
2005
|
10
|
Drs.
Widodo, M.Pd.
|
2005 –
2009
|
10
| Drs. Waino S, S.Pd, M.Pd. |
2009 –
2014
|
11
|
Dr. Titi Priyatiningsih, M.Pd
|
2014 –
sekarang
|
sumber : http://sman5smg.siap-sekolah.com/sekolah-profil/
0 comments:
Post a Comment